Selasa, 14 April 2009

Roy Jones Jr vs Joe Calzaghe: Akhir Rasa Ini...

LIAR, jenius, tak terkalahkan, dan punya penyakit angkuh stadium empat. Ya, paket lengkap itu yang membuat cinta saya begitu kronis pada sosok Roy Jones Jr. Terlebih, uhm dia berkulit gelap. Lho? Yayaya, saya memang lebih gampang takluk dengan keperkasaan petinju-petinju varian legam :)

Saya sadar 100 persen soal risiko yang harus ditanggung akibat kepolosan menyerahkan hati untuk Jones. Risiko kecewa menyaksikannya kalah dalam pertarungan. Dan yang terparah, stres melihatnya babak belur saat adu jotos, pffffh.

Soal kecewa, belakangan saya memang lumayan ilfil dengan prestasi Floridian Jones yang makin mandul. Tapi namanya cinta [halah bahasanya], tetap saja saya tergoda untuk melihat pertandingan Jones vs Calzaghe bertitel "Battle of the Superpowers", di Mekah-nya tinju, New York's Madison Square Garden.

Ding ding ding, round one. Mengamati Jones yang lumayan pede, saya yakin si Yankee ini mampu mengobati kekecewaan saya yang sudah pada stadium mengkhawatirkan. Dan alhamdulillah harapan saya terjawab, Jones sanggup menunjukkan kelasnya. Hati saya bertambah tralala trilili saat Jones menumbangkan The Greatest Fighter Britain, di ronde pertama.

Hingga kemudian di ronde tiga, Calzaghe mulai menemukan irama permainannya dan coba merangsek pertahanan Jones. Ronde-ronde selanjutnya, pertarungan semakin menakutkan. Nyali saya untuk menonton pun semakin ciut. Terlebih di ronde 6, darah kian deras mengalir dari pelipis kiri Jones yang mulai robek. Pemandangan ini tentu saja begitu indah bagi Calzaghe, yang kemudian terus menggempur Jones. Argggh, bertambah lagi satu kekhawatiran saya, pertandingan selesai prematur, Jones tumbang!

Glek, serem juga nih. Duh kenapa sekarang baru terpikir kalau Calzaghe juga petinju jenius. Saya makin takut. Tapi bukan ide yang tepat juga untuk meninggalkan Jones yang tengah berdarah-darah. Aaaaaaaaaa saya semakin tegang. Darah di pelipis Jones kembali mengalir dan bahkan semakin parah. Oh no! Ketakutan saya diperkosa. Saya dipaksa melihat yang tak ingin saya lihat. Jones semakin tak berdaya, Calzaghe semakin buas, dan pertarungan masih 2 ronde lagi!

Secara teori, satu ronde cuma berlangsung 3 menit. Tapi rasanya, jarum jam sengaja meledek dengan males-malesan berdetak. Sumpah ga lucu! Saya pun terpaksa melihat sisa ronde dengan perut mulas, lengkap dengan kepanikan. Hingga akhirnya... ding ding ding, ronde 12 berakhir. Jones tidak terkapar seperti kekhawatiran saya. Duh leganya....

Tapi kekecewaan saya terlanjur kronis. Keputusan pun sudah bulat, kekalahan Jones menjadi akhir rasa ini. Saya harus cari pengganti. Ah, tapi siapa ya yang punya sejarah tinju lebih manis dari Jones? Mmmm, keperkasaan Mayweather lumayan sukses menjawab cepat pertanyaan ini. Ah yayaya Mayweather lucu juga, dan manis cencunya hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar